Program Pelatihan

Profesi sebagai asisten kebun harus memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Mempekerjakan asisten kebun tanpa melalui training yang baik akan menyebabkan ia tidak memiliki pengetahuan, kompetensi serta sikap yang seharusnya, sehingga akan sulit mendapat pengakuan dari bawahan nya. Bila seorang asisten dipromosikan dari mandor, maka pengetahuan yang ia dapatkan, hanya berdasarkan pengalaman sebelumnya saja, sementara perusahaan tentunya berkepentingan untuk memiliki staff yang siap menghadapi persaingan ke depan, bukan orang yang “hanya” memiliki pengetahuan masa lalu saja.

Profesi sebagai asisten kebun harus memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Mempekerjakan asisten kebun tanpa melalui training yang baik akan menyebabkan ia tidak memiliki pengetahuan, kompetensi serta sikap yang seharusnya, sehingga akan sulit mendapat pengakuan dari bawahan nya. Bila seorang asisten dipromosikan dari mandor, maka pengetahuan yang ia dapatkan, hanya berdasarkan pengalaman sebelumnya saja, sementara perusahaan tentunya berkepentingan untuk memiliki staff yang siap menghadapi persaingan ke depan, bukan orang yang “hanya” memiliki pengetahuan masa lalu saja.

Profesi sebagai seorang operator menuntut sebuah persyaratan untuk memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Perusahaan yang menyiapkan operator dengan baik, akan mendapatkan sosok yang dapat diandalkan. Mempekerjakan operator tanpa melalui training yang baik akan berakibat operator tidak memiliki pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang seharusnya, sehingga akan sulit menyesuaikan diri dengan peralatan dan lingkungannya.

Dalam rangka menjamin investasi di bisnis perkebunan kelapa sawit, tidak sedikit faktor-faktor penentu yang harus diketahui oleh para pelaku bisnis secara umum. Ketidaktahuan faktor-faktor tersebut bisa berpotensi menggagalkan investasi di sektor perkebunan. Untuk memastikan keberlanjutan investasi ini, berbagai pihak perlu mengetahui lebih jauh apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan bisnis ini.

Operasional pengolahan TBS setelah berjalan dalam periode waktu tertentu memiliki kecenderungan untuk tidak sesuai dengan standar operasi yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan yang berkelanjutan dan dapat pula terjadi akibat Breakdown Time yang tinggi. Refreshing dan troubleshooting mengenai pengolahan TBS di PKS sangat diperlukan untuk antisipasi permasalahan operasional maupun breakdown maintenance, sehingga akan diperoleh kualitas dan kuantitas pengolahan yang optimal dengan kapasitas pabrik yang sesuai.

Efisiensi peralatan tidak akan selamanya 100%, sehingga dapat dipastikan adanya losses. Besarnya losses yang ditimbulkan sangat bergantung dengan perlakuan selama operasional, kondisi mesin dan material processed. Losses Management sangat diperlukan untuk menentukan batasan losses untuk tiap peralatan yang diijinkan, sehingga dapat diketahui performance dari masing-masing peralatan dan dapat diperoleh hasil akhir yang efisien.

Tahapan awal pembibitan adalah suatu masa yang teramat penting, di mana sangat riskan mempekerjakan orang yang belum berpengalaman. Kesalahan yang sering terjadi di tahap awal ini adalah terjadinya kekeliruan dalam seleksi, serta penanaman kecambah yang sering terbalik, yang akan sangat berdampak merugikan di tahap berikutnya.

TaTahapan pemeliharaan di pembibitan adalah tahapan yang sangat riskan bila ditangani oleh tenaga kurang terampil. Penggunaan herbisida, sprayer, dan juga seleksi bibit yang tidak tepat, akan merugikan. Resiko ini bisa dikurangi dengan membekali para mandor pembibitan dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembibitan.

Aktivitas pemupukan harus menjadi perhatian utama disamping pekerjaan lainnya. Pengawasan dalam pemupukan harus dilakukan secara ketat untuk menghindari terjadinya kesalahan. Mandor perlu mengetahui kenapa pupuk dan pemupukan harus diberikan porsi yang lebih dalam hal pengawasan. Juga perlu dibekali bagaimana bisa mengatur kerja di lapangan dengan baik.

Rawat Gawangan Kurangnya pengetahuan dan keterampilan para mandor akan metode pengendalian gulma dengan bahan kimia, akan menimbulkan potensi kerugian yang besar, karena hasil kerja tidak tercapai, bahan dan tenaga terbuang percuma. Juga banyak mandor kurang memahami dalam menentukan berapa bahan yang diperlukan per satuan luas semprot per hektar lahan. Para mandor semprot perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan agar potensinya dapat tereliminasi.

Ilalang merupakan salah satu gulma yang paling tidak diinginkan di perkebunan kelapa sawit. Untuk pengendaliannya perlu penanganan khusus. Kesalahan karena ketidakpahaman teknis pengendalian ilalang, selain menyebabkan biaya pengendalian yang tinggi juga dapat mengakibatkan penurunan produksi (yield). Pemberian pelatihan yang melingkupi pengetahuan dan keterampilan kepada mandor akan sangat meminimalisasi resiko-resiko diatas.

Fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah sebuah tahapan di mana semua aktivitas budi daya diarahkan untuk mempersiapkan tanaman memasuki tahapan Tanaman Menghasilkan. Bila penanganannya tidak benar, maka pendapatan yang seharusnya optimal di panen tahun pertama, akan menjadi berkurang.

Menghasilkan Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Diharapkan saat tanaman memasuki fase TM, semua aktivitas pengeluaran produksi benar-benar optimal dan lancar.

Fase TM adalah tahapan yang paling diharapkan karena inilah saatnya untuk mendapatkan keuntungan. Penanganan perawatan juga harus benar-benar baik, karena perawatan yang baik akan menentukan tercapainya produksi tanaman. Pelatihan Tanaman Menghasilkan sangat membantu dalam mewujudkan perawatan yang baik sehingga tercapai produksi tanaman yang ditargetkan.

Aktivitas pemanenan sangat menjadi perhatian, karena dari aktivitas inilah keuntungan dapat diperoleh. Tetapi permasalahan klasik selalu berulang terjadi, seperti rendemen kurang, asam lemak bebas (FFA) yang tinggi, dan lain-lain. Sayang sekali kalau perusahaan memiliki mandor yang kurang memiliki ketrampilan yang memadai untuk menangani panen. Kesempa- tan untuk mendapat keuntungan akan menghadapi kendala serius.

Banyak pihak merasa sudah mendapatkan keuntungan yang cukup dari hasil panen, dengan kualitas serta kuantitas TBS/CPO saat ini, padahal kesempatan untuk bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal masih terbuka, dengan cara memastikan penanganan operasi panen secara maksimal, baik dalam hal supervisi serta meminimalkan losses buah yang terjadi di lapangan.